Moccaapedia – Citayam Fashion Week memang sempat viral beberapa waktu lalu yang membuat fenomena ini mendapatkan respon positif maupun negatif. Fenomena ini terjadi ketika berbagai remaja dari daerah penyangga ibukota memperagakan fashion ala street file di daerah stasiun Sudirman.
Fenomena ini sendiri menghadirkan berbagai polemik yang berasal dari kalangan warganet, masyarakat setempat, publik figur hingga pejabat.
Sempat viral, fenomena ini sendiri menjadi perbincangan banyak orang sejak bulan Juni 2022 lalu. Karena membuat Kawasan Sudirman Central Business District atau yang terkenal dengan sebutan SCBD. Sebuah Kawasan elit di Jakarta menjadi penuh oleh remaja yang berasal dari daerah penyangga ibukota yang nongkrong di sana
Bahkan nama SCBD diplesetkan menjadi Sudirman, Citayam, Bojong Gede dan Depok akibat adanya fenomena ini,
Awalnya para remaja ini berdatangan saat liburan sekolah tiba. Bersamaan dengan dibukanya kembali stasiun Sudirman yang memudahkan akses mereka untuk datang ke SCBD.
Para remaja ini datang tidak hanya untuk nongkrong, namun juga menjadikan zebra cross sebagai arena untuk catwalk. Hingga akhirnya, munculah sebuah istilah yang vial di sosial media yakni Citayam Fashion Week.
Meski awalnya banyak pihak yang menilai aksi mereka kreatif, namun fenomena ini justru menimbulkan banyak masalah baru. Mulai dari terganggunya pengguna jalan karena jalan raya dipakai untuk fashion show ilegal.
Selain itu, banyak remaja yang rela tidak pulang ke rumah sehingga harus tidur di jalanan. Masalah lain juga muncul seperti sampah yang menumpuk hingga pakaian slengean dan resisten yang remaja remaja ini pakai menuai pro kontra.
Bahkan tak jarang remaja remaja ini masih di bawah umur dan seharusnya sedang bersekolah justru berada di jalanan SCBD tanpa pengawasan. Tentunya hal ini membuat banyak orang merasa miris.
Karena seharusnya mereka berada di sekolah bukannya berkeliaran di jalanan. Namun meski begitu, fenomena ini dianggap mendobrak kelas sosial pusat metropolitan.
Fenomena Citayam Fashion Week yang Menuai Pro Kontra
Jika kita kulik lebih dalam, fenomena satu ini di anggap sebagai suatu proses penciptaan kebudayaan baru. Karena mereka mencoba untuk dapat mendobrak persepsi masyarakat mengenai suatu daerah yang selama ini hanya di peruntukkan untuk kelas tertentu saja.
Karena sebagai ruang publik, seharusnya tidak ada cara berpakaian dan sikap tertentu untuk berada di sana. Sehingga ruang publik bisa digunakan oleh semua orang dari seluruh kelas sosial. Tidak bergantung pada kelas sosial tertentu saja seperti yang sudah terjadi selama ini.
Fenomena ini sendiri berhasil menarik banyak orang dari berbagai kalangan. Mulai dari model, publik figur hingga pejabat yang turut meramaikan fenomena ini. Dengan berkunjung ke lokasi zebra cross yang menjadi lokasi Citayam Fashion Week.
Beberapa dari mereka bahkan terjun ke jalanan untuk ikut memperagakan busana yang mereka pakai selayaknya seorang model.
Fenomena ini juga mendapatkan berbagai respon. Meski mendapatkan banyak respon positif dari berbagai publik figur dan masyarakat. Namun tidak sedikit yang memandang fenomena ini sebagai hal yang buruk.
Alasan utamanya adalah karena fenomena ini mengganggu fasilitas publik yakni zebra cross yang menjadi lokasi utama fashion show. Selain itu, keberadaan remaja remaja Citayam ini juga membuat sampah di sekitar lokasi SCBD yang semua rapi dan bersih menjadi berantakan.
Apalagi tidak sedikit remaja yang justru menunjukkan gaya yang tidak pantas dan bertolak belakang dengan budaya Indonesia yang sopan. Sudah semestinya berkreasi dil akukan di tempat yang tepat tanpa harus mengganggu banyak orang apalagi merusak fasilitas publik.
Fenomena musiman seperti ini juga cenderung akan ramai saat itu saja dan hilang seiring berjalannya waktu. Seperti saat ini, fenomena Citayam Fashion Week juga sudah tidak terdengar lagi.